Para sejarawan percaya bahwa manusia nomaden pada masa prasejarah mungkin telah menemukan bir bahkan sebelum roti ditemukan.
Namun,
catatan pertama tentang bir ditemukan pada artefak berusia 6.000 dari
bangsa Sumeria dan catatan berusia 7.000 tahun di Iran.
Penemuan
ini menuju pada kesimpulan bahwa mungkin orang Afrika, Mesir, Ibrani,
dan Cina juga telah mampu membuat bir ribuan tahun yang lalu.
Jenis
Minuman
fermentasi awal umumnya terbuat dari millet, jagung dan singkong di
Afrika; jagung dan getah birch hitam (dibuat oleh penduduk asli Amerika)
di Amerika Utara; kesemek dan agave di Meksiko; jagung dan ubi jalar di
Amerika Selatan; beras di Jepang; gandum di Cina dan sorgum di budaya
Asia lainnya; gandum di Rusia; dan jelai di Mesir.
Zat lain yang digunakan meliputi herbal balsam, dandelion, biji apsintus, dan mint.
Sejarah
Catatan
dan ilustrasi pertama tentang bir ditemukan pada dua artefak Sumeria –
pertama berupa tablet berusia 6.000 tahun dengan ukiran orang yang
menggunakan sedotan meminum dari mangkuk besar, dan satunya lagi berupa
segel berusia 3.900 tahun yang berisi “Himne untuk Ninkasi (dewi
pembuatan bir),” yang merupakan resep paling awal pembuatan bir dari
jelai.
Orang Sumeria tampaknya secara tidak sengaja menemukan
proses pembuatan bir ketika jelai atau roti dibiarkan terendam di air
lantas berubah menjadi pulp dan terfermentasi.
Selain itu, para
arkeolog juga menemukan bukti bir dalam wadah berusia 7.000 tahun yang
ditemukan di Pegunungan Zagros, Iran barat.
Suku Eropa Germanic dan Celtic kemungkinan mulai membuat bir sekitar tahun 3.000 SM.